Secara garis besar, batu bara merupakan batuan hasil endapan air dan suhu panas atau biasa disebut batuan sedimen. Unsur penyusun batu bara di antaranya yaitu mineral karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan belerang. Batu bara biasa ditemukan di hutan dalam berbagai bentuk, salah satu hutan yang banyak ditemukan fosil jenis batu bara adalah kawasan hutan di Pulau Kalimantan dan Sumatera.
Terdapat dua teori yang mendasari dari mana asal mula batu bara yaitu teori in-situ dan teori drift. Teori in-situ menyebut bahwa batu bara berasal dari tanaman di mana barang sejenis bahan bakar itu ditemukan. Tumbuhan yang telah lama mati akan membusuk dan memfosil di kawasan hutan tempat bertumbuhnya tanaman, kemudian mengalami proses pembatubaraan. Prosesnya sebagaimana singkong yang sengaja dibuat tape, yakni tertutup hal lain dan membuat panas benda itu. Menurut teori drift, fosil-fosil tumbuhan berasal dari tempat lain dan sampai ke tanah dengan unsur sedimen. Setelahnya, fosil mengalami proses coalification.
Perbedaan dari dua teori di atas ialah pada kualitas batu bara yang dihasilkan. Para ahli menyebut batu bara yang terbentuk dengan teori drift kurang bagus kualitasnya. Hal itu dikarenakan fosil telah melalui banyak tempat sebelum mengalami sedimentasi. Dengan demikian, kemungkinan sisa-sisa tumbuhan itu telah tercampur zat-zat lain, baik dari tanah, udara, atau air.
Dilihat dari bagaimana proses terbentuknya batu bara, benda ini terbagi menjadi lima jenis. Di antaranya: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit, dan gambus. Pertama, batu bara antrasit. Ciri-ciri batu bara berkelas tinggi ini dapat dilihat dari warnanya yang hitam dengan kilau metalik. Selain itu, jika dilakukan penelitian, akan ditemukan senyawa karbon berkadar 86% sampai 98% dengan unsur air di dalamnya. Ditambah lagi, antrasit memiliki kandungan sulfur dan abu yang sangat sedikit, tetapi kalor yang cukup tinggi.
Kedua, bituminus. Batu bara dengan jumlah kalor tertinggi ini banyak ditambang di kawasan hutan Australia. Ciri-ciri batu bara jenis bituminus adalah berwarna hitam mengilap. Selain itu, bituminus juga mampu menggumpalkan banyak zat secara kohesif.
Sub-bituminus adalah batu bara dengan kandungan air yang lebih banyak dibanding bituminus dan antrasit. Karena itu, batu bara jenis ini terbilang kurang efisien dalam menyalurkan panas. Jenis batu bara berikutnya adalah lignit dan gambut. Keduanya mengandung unsur air paling tinggi, yaitu 35% hingga 75% bahkan lebih dari itu untuk jenis gambut, ciri lain dari batu bara gambut adalah kadar kalori sangat rendah. Sementara itu, tekstur batu bara lignit tersebut lunak dibandingkan batu bara lainnya.